Selasa, 27 Desember 2011

MARHABAN YA RAMADHAN

Dinul Islam membentangkan jalur untuk menyampaikan komunikasi 'ubudiyahnya kepada Allah SWT melalui tiga cara yaitu :
      1.  Melalui jalur lisan ( qouliy ) seperti : Berdo'a, berdzikir kepada Allah  SWT, mengajak kepada kebaikan dan melarang seseorang berbuat kemunkararan, (amar makruf nahi munkar), mengajarkan ilmu kepada yang belum tahu (jahil), memberi petunjuk dan penyuluhan kepada mereka yang salah jalan dan lain sebagainya.
      2.  Melalui jalur aktifitas (amal shaleh), baik amal badaniy maupun amal maaliy (harta) seperti ibadah shalat dan zakat atau dengan keduanya sekaligus, seperti ibadah haji dan jihad fii sabilillah .
       3. Tidak dengan lisan dan tidak pula dengan beraktifitas, namun jenis beribadah kepada Allah yang satu ini hanya cukup dengan menahan diri  atau yang lazim disebut dengan puasa yang artinya menahan diri dari makan dan minum dan dari sesuatu yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Kegiatan menahan diri (puasa) ini akan berdampak positif, baik terhadap akhlaq maupun terhadap ketentraman jiwa, yang tentunya aktifitas jiwa (berpuasa) itu, mempunyai bobot tersendiri pada mizan Ilahi .
         Berpuasa di bulan Ramadhan adalah salah satu rukun islam yang lima berdasarkan al-qur'an tersebut dalamsurat al-Baqarah : 183 Allah  Berfirman yang artinya :Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,       ( QS.Al- Baqarah : 183)
Sedangkan dasar dari as sunnah adalah Hadits Rasulullah Saw, yang artinya : Islam dibangun diatas 5 dasar yaitu : 1).Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad itu  adalah utusan Allah . 2). Mendirikan shalat, 3). Menunaikan zakat , 4). Puasa di bulan Ramadhan, 5). Menunaikan ibadah haji bagi orang yang mampu.(HR. Muttafaq ‘alaih)
         Adapun waktu mulai disyari'atkannya puasa Ramadhan adalah setelah Rasulullah Saw. diperintahkan oleh Allah SWT, mengalihkan kiblat dari Masjid al Aqsha di Palestina menghadap ke Ka'bah  di Makkah al Mukarromah pada tanggal  10 Sya'ban 2 H, satu setengah tahun setelah beliau hijrah. Selama kehidupannya beliau berpuasa sebanyak sembilan kali hingga beliau wafat .
         Bulan Ramadhan adalah mirip sebuah apotik yang menjanjikan banyak obat (kesembuhan bagi suatu penyakit) tapi sebagai tempat ia hanya mampu memberikan apa yang diminta tanpa mampu mengarahkan apa yang seharusnya diambil oleh pengunjung karena tempat hanyalah sebuah wadah. Dan Said Hawwa menyebut bulan ramadhan ibarat sebagai Madrasah, ia menyediakan segala hal yang diperlukan oleh seseorang yang ingin digdaya iman dan taqwanya, tapi semua itu hanya akan akan diperoleh bagi siapa yang datang dengan jelas hendak mengambilnya, sebagaimana sekolah. Seseorang datang ke sekolah untuk mengambil ilmu dari para guru sebagai nara sumber
       Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia, dimulainya turun al-qur'an, berhias ketaatan, kesempatan bertaqarrub kepada Allah Swt lebih banyak lagi, penuh kebaikan dan ihsan, maghfiroh, rahmat, ridho Allah Swt, padanya ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan beribadah, di bulan ini Allah SWT memberikan ma'unah (pertolongan) kepada kaum muslimin tentang urusan agama dan kesejahteraan hidup mereka di dunia dan ramadhan juga  bulan musim pahala serta  terkabulnya segala do'a.
1. Kalau hamba-hamba Allah itu tahu, terhadap apa yang terdapat pada bulan ramadhan, maka mereka akan meminta dalam setahun seluruhnya bulan ramadhan (Hr.Thabrani Ibnu Huzaimah dan Baihaqi)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : Semua amal shaleh anak adam akan dilipat gandakan menjadi 10 kali lipat, hingga 700 kali lipat, dan Allah Ta'ala berfirman, kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu, untuk Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya, ia meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena taat kepadaKu. Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa: Pertama saat berbuka dan kedua pada saat berjumpa dengan Rabb (Tuhan) Nya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum bagi Allah SWT dari baunya minyak misk ( HR Muslim ).
3.  Barang siapa yang menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat tarawih, berdzikir, istighfar dan tilawah alqur'an serta yakin akan pahala yang Allah Swt. janjikan. Maka Allah Swt. akan mengampuni dosanya yang telah lalu                             ( HR Muttafaq alaihi )                                                                                                           
4.  Barang siapa yang memberi air minum  kepada orang yang berpuasa, maka Allah Swt akan memberinya minum dari telaga yang ia tidak akan merasa haus hingga masuk surga . (HR Ibnu Huzaimah )
5. Barang siapa yang memberi makanan untuk orang yang berbuka puasa, maka ia mendapat paha sebanyak pahala orang yang puasa itu, tidak kurang sedikitpun.  (HR Muslim) 
6.  Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : Bulan Ramadhan adalah bulan yang diberkahi oleh Allah Swt. dan Allah mewajibkan kepadamu untuk berpuasa, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para  syetan diikat, didalamnya juga  terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa                                    
7.  Dari ‘Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah Saw. bersabda : Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan, ini dan membaggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini (HR Thabrani dan para perawinya terpercaya).
8. Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Saw. bersabda : ummatku pada bulan ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada ummat sebelumnya :     
       1. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi,       
 2.  Para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka   
       3.  Allah Azza wajalla setiap hari menghiasi surga-Nya lalu berfirman  kepada surga    hampir tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita   serta menuju kepadamu (surga),                                                                                                     
 4.  Pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak untuk menggoda    seperti pada bulan yang lain.
       5. Dan diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam, Beliau ditanya, Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qodar ? Jawab Beliau, Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya
           ( HR Ahmad)
Allah Swt. telah mewajibkan kepada kita untuk berpuasa  di bulan   ramadhan  dan tidaklah Allah Swt. mewajibkannya kecuali terdapat pelajaran ( 'ibroh ) dan rahasia dibalik kegiatan puasa tersebut. Ada yang sudah dapat kita ketahui dan ada pula yang belum kita ketahuinya. Mari kita cermati hikmah yang Allah Swt. sembunyikan dibalik rasa lapar dan dahaga ketika berpuasa, sehingga kita bisa melakukan puasa sesuai dengan yang dikehendaikNya.     
          Kita tidak akan bisa menangkap sinyal rahasia shaum, kecuali terlebih dahulu kita mengenal siapa dan apa hakikat manusia. Apakah manusia hanya jasad atau patung yang berdiri tegak  atau ia hanya komponen yang terdiri dari sel-sel, daging, darah, tulang belulang dan urat-urat ? Kalau hanya itu, alangkah hina dan kecilnya manusia .
           Benar, .. bahwa manusia itu bukan hanya jasad yang bisa diraba, namun ia adalah Ruh dari langit yang terbungkus oleh jasad yang tercipta dari sari pati tanah. Hakikat manusia itu bukan pada jasadnya, ia tidak lebih dari sangkar yang Allah Swt. titipkan pada Ruh, dengan menggunakan jasad itu Ruh bisa menalar, berfikir, merasa dan meraba, dengan kendaraan jasad itu ia bisa mengatur kerajaan bumi ini dan bisa menembus ke bulan, karenanya Allah Swt. memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam AS, bukan karena jasadnya akan tetapi karena Ruh ciptaan Allah Swt. yang bersemayam di dalamnya.
Allah berfirman yang artinya :(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah" .Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku, Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada-Nya".
           Itulah manusia yang terdiri dari Ruh yang tinggi dan jasad yang rendah/hina. Jasad ibarat rumah sedangkan Ruh ibarat pemilik dan penghuninya, atau jasad itu adalah kendaraan, sedangkan Ruh adalah pemilik, pengendara atau sopirnya. Rumah dan kendaraan tidak diciptakan begitu saja, akan tetapi rumah dan kendaraan itu diciptakan untuk maslahat penghuninya
Namun pada kenyataannya manusia menyia-nyiakan diri mereka, dan penuh perhatian terhadap rumah dan bungkusnya saja. Mereka hanya menjadi pelayan rumahnya, mereka sia-siakan Ruh mereka dan berbalik menjadi penyembah jasad mereka. Barangkali mereka itulah yang oleh Allah Swt dicap sebagai orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan.
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya, atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
Namun jika manusia menyadari nilai jiwanya, mampu menguasai atas keinginan-keinginan rendah jasadnya, perhatian pada pengendaranya bukan atas kendaraannya, penuh perhatian kepada penghuninya dari pada lapisan dinding rumahnya, mampu memenuhi kebutuhan Ruh nya ketimbang tuntutan jasadnya, maka saat itulah ia telah menjadi malaikat atau makhluk yang paling ideal.Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”
          Dari sini,  bisa kita simpulkan bahwa Allah Swt.  mewajibkan kita berpuasa,  agar manusia  terlepas dari cengkeraman kekuasaan tabiat kebinatangannya, bebas dari  penjara jasadnya dan menang atas gangguan syahwat kebinatangannya, itulah rahasia kalimat : mudah-mudahan kalian bertaqwa "  atau dengan modal keimanan dan amal shaleh mampu menjadi makhluk yang paling ideal, menyerupai malaikat sekalipun.      
           Selain itu dengan berpuasa kita bisa mengaktifkan seluruh jaringan kerja dalam tubuh, dengan berpuasa manusia bisa tahu betapa nikmatnya makanan dan minuman, kalau ia telah merasakan betapa panasnya dahaga dan betapa pahitnya lapar, juga dengan berpuasa akan meningkatkan rasa solidaritas terhadap kaum papa.
             Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam menyambut dan mengisi amaliah ramadhan  pada tahun ini dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyambut hadirnya ramadhan dengan rasa senang dengan mengucapkan  marhaban  ya ramadhan
2. Mempersiapkan kondisi fisik dengan sebaik mungkin sehingga dapat  melaksanakan puasa dengan baik serta dengan niat yang ikhlash
3.   Meningkatkan prestasi ibadah dengan cara :
    3.1.Shalat fardhu tepat pada waktunya/ shalat di awal waktu dengan berjama'ah
    3.2.Tilawah ,tadarrus dan tadabbur al qur'an
    3.3.Menjaga lisan dari ucapan yang kotor, serapah, mengumpat, dan lainnya
    3.4.Memperbanyak shadaqah dengan memberi buka/tajilan  kepada orang lain dan berinfaq
    3.5.Banyak menghadiri majlis-majlis ta'lim atau yang sejenisnya
4.  Meningkatkan ukhuwah islamiyah                                                                                  
5. Mengisi bulan ramadhan dengan memperbanyak amal ibadah yang sesuai   dengan sunnah
6.  Menjadikan ibadah puasa ramadhan sebagai syahru taubah, syahru tarbiyah, syahru ibadah, syahru da'wah, syahru jihad, syahru mubarokah dan muhasabah ibadah
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan di bulan Ramadhan :
1.  Tidak mengetahui hukum-hukum puasa serta tidak menanyakannya.
2.  Menyambut bulan suci ramadhan dengan hura-hura dan bermain-main
3. Sebagian orang, bila datang bulan ramadhan mereka bertaubat, shalat dan puasa  namun  jika bulan ramadhan telah berlalu mereka kembali lagi seperti semula.
4. Anggapan sebagian orang bahwa bulan ramadhan adalah kesempatan untuk  tidur dan   bermalas-malasan di siang hari serta untuk begadang di malam hari.
5. Sebagian orang ada yang bersedih dengan hadirnya bulan ramadhan dan bersenang-senang jika keluar darinya.
6. Menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa secara lahiriyah seperti minum  dan sebagainya tetapi tidak menjaga dari hal-hal yang  membatalkan secara maknawiyah seperti dusta, mengumpat mencaci dan sebagainya.
7.  Meninggalkan shalat tarawih tanpa alasan.
8. Berbuka dengan sesuatu yang haram atau yang makruh seperti minuman yang memabukkan,  rokok dan sejenisnya.
9. Sebagian imam-imam masjid dalam shalat tarawih amat tergesa-gesa dalam shalatnya, mereka tidak tuma'ninah (tenang) ketika ruku', sujud, bangun dari ruku' dan ketika duduk antara dua sujud.
10.Memanjangkan do'a qunut, dan berdo'a dengan do'a yang tidak dicontohkan  oleh Rasulullah SAW
11.Sebagian imam masjid mengeraskan suaranya ketika do'a qunut lebih dari yang seharusnya.
12.Sebagian ma'mum ada yang membawa mushaf al-qur'an ketika shalat tarawih, mereka mengikuti bacaan imam dengan melihat mushaf al-qur'an.
13.Sebagian besar imam-imam masjid dalam melaksanakan shalat tidak memanjangkan bacaan bahkan sebagian dalam melakukan ruku', sujud, bangun dari ruku' dan duduk antara dua sujud dengan sangat tergesa-gesa (cepat).
          Demikianlah kajian menyambut hadirnya ramadhan tahun ini mudah  mudahan kita semua diberi taufiq, hidayah dan inayah dari Nya sehingga dapat menyambut dan mengisi amaliyah ramadhan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasul-Nya..
                                      
Daftar bacaan :
  1. Al-Qur’anul karim
  2. Hadits shahih Bukhari
  3. Hadits shahih Muslim
  4. Hadits  Tabrani
  5. Hadits  Ibnu majah
  6. Majalah al-Muslimun                   

Pelajaran Dari Hud Hud

"Dan telah dihimpunkan bagi Sulaiman bala tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS.An Naml: 17)
"Dan dia memeriksa burung-burung lantas berkata: "Mengapa aku tidak melihat (burung) hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS.An Naml: 20)

Sebagaimana disitir dalam ayat di atas, bahwa jumlah pasukan nabi Sulaiman sangat banyak dan beraneka ragam, terdiri dari: bangsa jin, manusia dan hewan.

Meskipun begitu, nabi Sulaiman tidak pernah lengah terhadap anggota pasukan yang ada di bawah kepemimpinannya. Sebagai pemimpin, ia selalu memeriksa dan ingin mengetahui keadaan bawahannya. Ia memiliki kewajiban mengayomi sekaligus memperbaiki keadaan mereka. Perhatian itu tidak saja ditujukan kepada tangan kanan dan orang-orang terdekatnya, tetapi menyeluruh sampai pada pasukan tingkat paling bawah. Karena itu, burung -yang nota bene juga anggota pasukannya- memiliki hak yang sama untuk diperhatikan.

Hal semacam ini tentu tidak akan terjadi, kecuali dalam kehidupan para nabi dan orang-orang yang beriman. Mereka takut, sebab semua hak tersebut akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah Ta'ala . Sebab, masalah kepemimpinan adalah masalah yang sangat besar dan sangat berat.

Berbeda halnya dengan mereka yang lemah akidah dan agamanya. Para penguasa yang kehilangan akidah dan agamanya akan sama sekali tidak memperhatikan rakyatnya, berbuat zhalim dan semena-mena untuk kepentingan pribadi, kerabat atau kelompoknya. Ia tidak akan peduli dengan burung, tidak memperhatikan hewan dan tidak memikirkan bagaimana manusia yang ada di bawah tanggung jawabnya dapat hidup. Tidak peduli apakah mereka tinggal di rumah-rumah, istana atau malah tidur di kolong jembatan .

Tidak ambil pusing apakah mereka makan, minum atau tidak mendapatkan makanan meski hanya sesuap. Tidak jadi soal apakah mereka hidup dengan aman atau selalu dalam kekhawatiran . Tidak masalah apakah tanah yang mereka tempati itu subur dan layak huni atau malah kering dan rawan gempa.Tak peduli apakah airnya cukup memadai atau malah sering ditimpa banjir sehingga banyak menelan korban. Tidak peduli apakah mereka dikuburkan atau dilempar ke laut sehingga menjadi santapan ikan dan hewan air lainnya. Para penguasa itu hidup dan memerintah tetapi rakyat tidak merasakan manfaatnya, bahkan rakyat cenderung sengsara. Karena itu jika mereka mati tiada seorangpun yang merasa kehilangan atas kepergiannya.

Demikianlah, bila syari'at Allah Ta'ala ditinggalkan, maka para penguasa tersebut tidak akan memperhatikan kecuali kepentingan mereka sendiri, menumpuk-numpuk harta duniawi sehingga melupakan nasib rakyatnya, sibuk akan pangkat dan simbol-simbol kekuasaan serta berbagai tindakan lain yang pada umumnya merugikan kepentingan umum. Mereka melupakan bahwa semua itu akan berakhir dan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Lihatlah Fir'aun, ia begitu berhamburan dengan berbagai macam kenikmatan. Pakaiannya bertahtakan emas permata, kendaraannya sangat banyak serta pilihan, tinggal di istana kebesaran yang sangat megah, para tentara mengawalnya di segala arah, semua serba glamour dan mewah.

Tapi ketika ia sombong dan membanggakan diri, mengklaim tidak ada seorangpun yang dapat menandingi kekuasaannya di seantero planet bumi, lalu memperbudak dan menghinakan bangsa Mesir, rakyatnya. Maka ketika semua tindakan kezhalimannya mencapai puncak, ia mengaku dirinya sebagai tuhan, ketika itulah dengan izin Allah ia meninggal secara tragis. Tenggelam di dasar laut dan tewas di bawah tapak kaki kudanya. Saat menjelang kematiannya, ia baru sadar lantas meminta tolong, tapi tak seorang pun menolongnya. Ia mengemukakan alasan, tapi hal itu tidak diterima dan Allah berfirman:
"Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena ingin menganiaya dan menindas (mereka), hingga bila Fir'aun itu hampir tenggelam, ia berkata: "Saya percaya bahwasanya tiada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu kala, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaaan Kami." (QS.Yunus: 90-92)

Apakah para penguasa di kolong langit ini tidak mau mengambil pelajaran? Padahal Allah telah berfirman:
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (QS.Qaaf: 37)

Bagi Sulaiman, walaupun tentaranya sangat banyak, demikian pula amanat dakwah yang diembannya sangatlah berat, tetapi beliau tetap memperhatikan hud-hud, seekor personil tentara dari lasykar burung. Hal yang sama pula, telah dilakukan oleh Amirul-mukminin pilihan Umar bin Khathab. Lihatlah Umar bin Khathab, pada suatu malam di sudut jalan kota Madinah, ia berjanji kepada seorang nenek buta untuk menolong dan menunaikan semua keperluannya. Ketika Umar mendatanginya, ternyata orang lain telah mendahului menolong nenek tersebut. Berkali-kali Umar datang, tetapi ia selalu didahului oleh orang lain. Maka Umarpun mengintip siapa gerangan orang yang mendahuluinya tersebut? Umar lalu tahu, orang itu adalah Abu Bakar ash-Shiddiq yang ketika itu sedang manjabat sebagai khalifah.

Dari bibi Khubaib bin Abdur Rahman, ia berkata: "Abu Bakar selalu mendatangi kami selama tiga tahun, dua tahun sebelum ia menjabat sebagai khalifah dan setahun sesudah ia menjabat khalifah. Anak-anak perempuan di kampung selalu mendatanginya sambil membawa kambing-kambing mereka, lantas Abu Bakar memerah susu kambing-kambing tersebut untuk mereka."

Suatu malam sebagaimana biasa, khalifah Umar mengadakan ronda. Tiba-tiba ia mendengar tangis dari sebuah rumah. Umarpun mendekat. Akhirnya beliau dapati beberapa anak kecil menangis dengan seorang ibu yang berusaha menenangkan mereka sambil menunjuk-nunjuk sebuah periuk (tempat memasak). Umar bertanya kepada sang ibu: "Kenapa anak-anak menangis?" Ia menjawab: "Mereka menangis sebab kelaparan." "Lalu apa yang kau tanak dalam periuk itu?" "Saya merebus batu agar dikira daging sehingga mereka berhenti menangis."

Umar spontan terduduk lemas dan haru, lantas menangis, lalu bangkit menuju Baitul Maal. Ia masukkan gandum, keju, kurma, daging, pakaian dan uang ke karung hingga penuh. Kepada penjaganya ia berkata: "Wahai Aslam, tolong angkatkan karung ini ke pundakku!" Aslam menjawab: "Wahai Amirul Mukminin, biarlah saya saja yang membawanya". Dengan keras Umar membentak: "Hai Aslam. saya yang harus memikulnya, karena sayalah yang harus bertanggung jawab nanti di akherat." Maka ia pun memikul sekarung bahan makanan itu hingga sampai ke rumah wanita tersebut. Dengan segera wanita itu memasak makanan lalu anak-anaknya makan dengan lahap sampai kenyang, sehingga riang gembira." (Usudul Ghabah: 3/ 328)

"Mengapa aku tidak melihat hud-hud?..." (QS.An Naml: 20)

Ketika melakukan inspeksi pasukan, Nabi Sulaiman tidak melihat burung hud-hud, sehingga beliau menanyakannya kepada anggota pasukan yang lain.

Ini adalah pertanda betapa Sulaiman sangat memperhatikan seluruh rakyatnya, meski dari golongan lemah sekalipun. Burung hud-hud adalah burung kecil yang hampir tak kelihatan di antara lautan rakyat beliau. Apalagi kekuasaan dan kerajaannya meliputi alam manusia, jin dan hewan. Subhanallah.
Sungguh amat jauh berbeda dengan kondisi para penguasa sekarang. Ada orang yang baru diberi wewenang untuk menyelenggarakan kontrak kerja sebuah proyek. Ia cuman membawahi sekian ratus pekerja dengan devisi pekerjaan masing-masing. Mungkin -dan ini kebanyakan terjadi- orang yang diberi kuasa tersebut tidak mengetahui sama sekali perihal orang-orang yang dipimpinnya, apalagi kesulitan-kesulitan yang dialami masing-masing karyawan.

Ada orang yang diberi amanat untuk mengembangkan suatu metode pengajaran, dengan tidak mengetahui dan memeriksa terlebih dahulu sistem pengajaran Islam, mereka serta merta menuduh bahwa materi-materi keislaman tidak lagi relevan bagi kemajuan zaman, maka ia harus ditinggalkan atau maksimal diberikan dengan waktu yang amat singkat. Akhirnya orang tua atau keluarga yang nota bene banyak belum memahami Islam dibebani untuk memberikan pendidikan Islam. Hasilnya pasti bisa ditebak, anak-anak menjadi liar, jauh dari nilai-nilai agama dan menghalalkan segala macam cara.

Ada yang serta merta menuduh bahwa orang-orang yang berusaha menjalankan nilai-nilai ajaran Islam secara sempurna dengan  berbagai tuduhan  yang menyudutkan. Atas dasar apa mereka menilai orang-orang yang berusaha lurus itu sebagai para ekstrimis atau fundamentalis? Sudahkah diteliti secara benar? Betulkah dalam menilai tidak disertai unsur dengki dan benci? Berapa banyak korban -baik secara kejiwaan atau nyawa- dari tuduhan yang keliru itu? Tidakkah lebih baik bagi para penguasa untuk selalu memperhatikan dan mengayomi rakyat, daripada menyebar-kan tuduhan dan mata-mata di banyak tempat? Adapun Nabi Sulaiman, beliau menegaskan kepeduliannya kepada rakyat kecil dengan mengatakan: "Mengapa aku tidak melihat burung hud-hud? Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS.An Naml: 20)

Nabi Sulaiman tidak memutuskan suatu hukum kecuali berdasarkan ilmu dan bukti nyata. Beliau tidak langsung menvonis, tapi terlebih dulu menanyakan keberadaan hud-hud. Mungkin pandangan beliau yang kurang jeli atau terhalang sesuatu sehingga tidak melihatnya atau bisa jadi burung itu terkena musibah sehingga berhalangan hadir. Agar tidak menghukumi sesuatu secara gegabah itulah, maka beliau menanyakan keberadaan hud-hud terlebih dahulu.
Betapa pada saat ini kita sangat membutuhkan kejelasan masalah, sebelum memutuskan suatu hukum.

Lihatlah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, ketika beliau yang pada saat itu sedang khutbah melihat Sulaik Al Ghathfani yang langsung duduk saat menghadiri Jum'at. Nabi bertanya: "Hai Sulaik, sudahkah anda Shalat  ?" Nabi tidak langsung menvonis, tetapi beliau bertanya terlebih dahulu. Sebab siapa tahu sahabat tersebut telah shalat sunnat di tempat lain kemudian mendekat untuk lebih jelas mendengar khutbah. Baru setelah ia menjawab, belum Ya Rasul, maka Nabi memerintahkannya: "Berdiri dan shalatlah dua rakaat." (HR. Muslim)

Ucapannya: "Sungguh aku benar-benar akan menyiksanya dengan siksa yang keras, atau menyembelihnya kecuali jika benar-benar ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas." (QS.An Naml: 21)
Ucapan di atas menunjukkan ketegasan terhadap para tentara. Tentara yang melanggar perlu mendapatkan hukuman setimpal atau dimaafkan jika memang mempunyai alasan yang bisa diterima. Seorang pemimpin tidak boleh gegabah memberi keputusan kecuali setelah mendapat keyakinan tentang hakekat masalah yang sedang dihadapi.

Nabi Sulaiman mengancam hud-hud yang tidak hadir. Tetapi tidak dengan keputusan akhir sebelum beliau sendiri mendengar alasannya. "Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud)," , (Hud-hud) berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya." (QS.An Naml: 22)
Ucapan di atas menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu akan hal-hal yang gaib kecuali Allah semata. "Katakanlah: "Tiada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan akan dibangkitkan?" (QS.An Naml: 65)

Seorang Nabi Sulaiman pun tidak mengetahui kerajaan Saba', padahal kerajaan itu cukup dekat. Hal yang sama juga dialami oleh nabi Ya'kub. Beliau tidak mengetahui di mana tempat Nabi Yusuf, puteranya tercinta yang dibuang oleh para saudaranya. Demikian pula Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau tidak mengetahui kabar langit tentang fitnah keji yang menimpa Aisyah isteri tercinta, sehingga terpaksa beliau memulangkannya kepada Abu Bakar Ash Shiddiq, orang tuanya.

Jika para rasul dan nabi Allah tidak mengetahui masalah ghaib , apalagi dengan orang biasa lainnya. Hal ini sebagai motivasi agar makhluk tidak bergantung kepada sesama makhluk lainnya. Mereka seyogyanya mengembalikan semua persoalan kepada Allah, Tuhan semesta alam. Sebuah teladan yang indah ketika hud-hud yang mungil, dengan tegas mengatakan kepada Nabi Sulaiman: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya." dan Nabi Sulaimanpun tidak mengingkari ucapan tersebut.

Sumber :
  1. Al-Qur'anul Karim
  2. Hadits Shahih Muslim
  3. Majalah "At- Tauhid", edisi 12/1415 oleh Syaikh Muhammad Razaq Sathur, dialihbahasakan oleh Ainul Haris, Lc

Menciptakan suasana islami di sekolah

         Berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
          Untuk mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa serta berakhlaq mulia sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional seperti tersebut diatas perlu upaya dan wahana yang mampu untuk menciptakan kondisi sehingga peserta didik memungkinkan dirinya dapat berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
          Hal itu dapat terwujud manakala peserta didik mendapatkan suatu kondisi lingkungan pendidikan yang islami, karena lingkungan atau milliu akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Upaya menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia merupakan tugas yang cukup berat karena itu upaya yang harus ditempuh bukan hanya ada pada pemerintah melainkan juga pada orangtua dan masyarakat sekitar peserta didik berada.
          Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka sekolah sebagai salah satu lembaga institusi pendidikan harus dapat mengembangkan program pendidikan yang dapat menuju kearah tersebut antara lain : mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah baik secara teori maupun upaya untuk mempraktekkan ajaran agama islam itu dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta didik, menciptakan suasana religious dalam tatanan kehidupan sekolah, menumbuhkan sikap terbuka, toleransi dan menghormati keyakinan agama lain dan meningkatkan kualitas pembinaan terhadap siswa.
          Untuk terwujudnya suasana kehidupan islami di sekolah , maka sekolah sebagai institusi lembaga pendidikan harus mampu meningkatkan kualitas peserta didik melalui pembelajaran secara efektif misalnya tentang kebersihan, setelah siswa menerima materi tentang kebersihan di kelas, siswa diajak ke halaman atau lingkungan sekolah untuk melakukan pengamatan dan tindakan yang harus diambil oleh seorang peserta didik tentang kebersihan lingkungan, maka peserta didik akan melakukan tindakan yaitu  mengambil sampah yang ada di dekatnya untuk dimasukkan ke kotak sampah lalu membuangnya. Disamping upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah ternyata lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi jiwa peserta didik. Dinul Islam menempatkan keluarga pada posisi yang sangat penting dan menentukan dalam pembinaan watak dan prilaku, pribadi dan masyarakat, baik atau buruknya pribadi seseorang sangat tergantung pada pembinaan dirinya di lingkungan keluarga yang ditujukan untuk melahirkan jalinan cinta kasih atas dasar agama. Jalinan cinta kasih atas dasar norma ilahi, sehingga memungkinkan setiap anak untuk mengembangkan kepribadiannya secara utuh.
            Keluarga dalam pandangan islam merupakan wahana untuk tempat latihan sosialisasi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat kepada para anggotanya. Keluarga memberikan nilai-nilai pendidikan kepada para anggotanya terutama kepada anak-anaknya dan orang tua merupakan panutan dalam proses pendidikan. Pendidikan dirumah akan banyak di tentukan dan diwarnai oleh ibu  bapak, keluarga dan kehidupan beragama di rumah serta keteladanan sehari-hari, sedangkan pendidikan di sekolah faktor guru dan keteladanan institusi sekolah sangat menentukan pula bagi perkembangan peserta didik disamping kurikulum dan silabus yang juga akan berpengaruh bagi kualitas peserta didik.
            Suasana kehidupan beragama di sekolah, etika agama dipakai dalam pergaulan di sekolah dalam suasana hubungan pergaulan sesama siswa serta keteladanan guru, mushalla diramaikan dan dimakmurkan, suasana pergaulan sekolah harus membangkitkan gairah belajar mengajar, latihan dan praktikum dan contoh-contoh keteladana kebaikan. Mushalla atau masjid di sekolah berfungsi sebagai tempat ibadah bagi siswa muslim, tempat belajar, latihan berpidato atau  ceramah dan fungsi ini akan dapat terlaksana manakala siswa memiliki latar belakang keluarga yang baik dalam pembinaannya dan adanya kemauan yang kuat dari peserta didik itu sendiri serta didukung oleh seluruh dewan guru serta pihak-pihak lain yang kompeten dalam bidang pendidikan seperti komite sekolah.
           Peserta didik yang dibina lewat mushalla atau masjid sekolah Insya Allah, melahirkan peserta didik yang tidak lupa daratan, peserta didik yang memiliki moral atau akhlak yang mulia, memiliki ketrampilan yang memadai serta taat beribadah kepada Allah SWT, maka mushalla dan peserta didik merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dalam pembinaan kehidupan agama di sekolah. Mushalla atau masjid sekolah sudah saatnya untuk diberdayakan guna memaksimalkan kehidupan islami di sekolah karena disamping fungsi diatas juga sebagai penyambung sillaturrahim antar  peserta didik, sebagai tempat membina akhlak, memahami nilai-nilai kehidupan, mempersiapkan peserta didik sebagai kader pembangunan dan peserta didik memperoleh, memperdalam dan memperluas penghayatan dan pengamalan ilmu agama dan ilmu dunia. Jika semua ini dapat diwujudkan, maka saya  yakin dan optimis sekolah sebagai lembaga institusi pendidikan mampu menciptakan suasana islami yang rahmatan lil’alamin dan akan menjadi persemaian lahirnya calon pemimpim masa depan yang memiliki sifat-sifat sidiq, amanah, tabligh dan fathanah .

Sabtu, 24 Desember 2011

MEMINTA JABATAN

                Pada masa sekarang ini, di tengah-tengah kehidupan masyarakat, banyak orang yang mencari pekerjaan atau jabatan dengan cara yang bermacam-macam  :diantaranya ada yang mengajukan lamaran pekerjaan, kemudian menjalani tes masuk, dan ada pula yang ingin jadi pemimpin dengan menunjukkan bahwa dirinya mampu untuk memimpin. Seorang pemimpin dalam suatu jabatan ibarat kepala bagi tubuh. Inilah yang menentukan seluruh tujuan, dan disini pula tempat berkumpulnya segala macam informasi. Seorang pemimpim bertugas mengkaji dan memikirkan setiap masalah yang dihadapinya, dan dalam pelaksanaannya pemimpin dapat saja dibantu oleh orang yang punya kemampuan untuk tugas tersebut. Seorang pemimpin juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin masyarakat. Karena itu kedudukan pemimpin dalam masyarakat sangatlah penting. Mengingat pentingnya seorang pemimpin, maka masyarakat yang meninginkan kekuasaan dan persatuan harus berhati-hati dalam menentukan calon pemimpinnya, tidak boleh ada pilih kasih. Kehancuran masyarakat masa lalu adalah ketika mereka memilih seorang pemimpin yang lemah dan tidak mampu menguasai masyarakat.
              Islam mengaitkan konsep kepemimpinan ini sebagai amanah dari Allah, karena itu kepemimpinan dalam islam tidak boleh dijadikan rebutan dan pelampiasan ambisi seseorang. Sebab kepemimpinan dalam islam bukan hanya jabatan dalam urusan keduniaan, pemerintahan atau seperti umumnya organisasi yang mengejar jabatan, pengaruh, kekuasaan, harta dan sebagainya. Kepemimpinan dalam islam erat dengan pelaksanaan dakwah dan upaya merealisasikan hukum-hukum Allah di muka bumi. Barang siapa yang gagal menyempurnakan hak Allah, maka ia akan mendapatkan kesengsaraan dan penyesalan pada hari kiamat. Kedudukan seorang pemimpin bagi masyarakat adalah layaknya seorang ayah bagi anaknya dalam kaitan ikatan hati atau sebagai guru dalam kaitan mengajarkan ilmu yang bermanfaat.
            Konsep kepemimpinan tersebut akan melahirkan saling menghormati dan saling mencintai serta saling membutuhkan diantara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpinnya. Karena itu pemimpin dalam islam bukan penguasa, pemimpin dalam islam lebih berdimensi pelayan bagi masyarakat. Disinilah sebenarnya perbedaan nyata yang mencolok antara masyarakat kontemporer dengan masyarakat baru yang berdaya dan berkeadilan, dimana konsep kepemimpinan masyarakat dewasa ini identik dengan kekuasaan, sementara konsep kepemimpinan dalam islam lebih bernuansa pelayan bagi masyarakat.
             Maka kemudian mucul sebuah pertanyaan : Bagaimana  kedudukan seseorang yang meminta jabatan atau seseorang yang ambisi jabatan dalam pandangan islam  .       ?
Dalam sebuah Hadits Rasulullah Saw bersabda yang artinya :
             “Dari Abu Musa : Aku datang bersama dua orang lain kepada Rasulullah saw., salah seorang dari mereka berkata : Ya Rasulullah Saw. Jadikanlah kami pemimpin terhadap yang lain dan yang lain berkata seperti itu juga, lalu Rasulullah Saw. menjawab : Demi Allah sesungguhnya kami tidak mengangkat seseorang untuk mengurusi masalah ini atas dasar permintaannya dan tidak juga seseorang yang ambisi terhadap jabatan itu “( Hadits Riwayat Muslim ).
Dalam Hadits yang lain Beliau bersabda yang artinya :
             Diriwayatkan dari Abu Burdah, dia berkata : Abu Musa ra. berkata: “Aku bersama dua orang laki-laki dari kaum Asy’ariyyin menghadap kepada      Nabi Saw. yang satu di sebelah kananku dan yang lain di sebelah kiriku, keduanya meminta jabatan, ketika Nabi Saw bersiwak, lalu Beliau bertanya    : “Apa yang akan kau ucapkan hai Abu musa( atau, hai Abdullah bin Qais ) ?. Kata Abu Musa, lalu aku katakan : “Demi Allah yang mengutus anda dengan membawa kebenaran, dua orang ini tadi tidak memberi tahu saya tentang apa yang terlintas dalam diri mereka dan saya tidak menyangka kalau keduanya akan meminta jabatan “
                 Kata Abu Musa : “Sepertinya aku melihat siwak Rasulullah Saw. dibawah bibir beliau dan siwak tersebut menyusut”, lalu beliau bersabda: “kami tidak akan (atau tidak) memberikan jabatan kepada orang yang memintanya”. Pergilah hai Abu Musa (hai Abdullah bin Qais). Maka Rasulullah Saw. mengutus Abu Musa ke Yaman, lalu beliau mengutus Muadz bin Jabal. Ketika Muadz bin Jabal tida di yaman, Abu Musa mengatakan.”beristirahatlah!” lalu da memberikan bantal kepadanya, ketika itu ada seorang laki-laki diikat disisinya, lalu dia bertanya “ada apa ini?” Abu Musa menjawab: Orang ini semula yahudi, lalu masuk islam, kemudian kembali keagamanya yang jelek, menjadi yahudi lagi   “kata Muadz” aku tidak akan duduk sampai orang ini dibunuh. Begitulah ketetapan Allah dan RasulNya ! (dia ucapkan kata-kata itu tiga kali). Sehingga Abu Musa memerintahkan agar orang itu dibunuh, “maka orang tersebut dibunuh”.     Lalu keduanya berbincang-bincang tentang shalat tahajjud, maka salah satunya ( Muadz) berkata; “kalau aku, ya tidur, ya tahajjud dan dengan tidurku itu aku berharap bisa bertahajjud”.(hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari no.hadits 6923)
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
               Diriwayatkan dari Abdurrahman bin samurah ra.,dia berkata : Rasulullah Saw bersabda kepadaku, Hai Abdurrahman, janganlah kamu minta jabatan dalam pemerintahan, karena kamu jika diberi jabatan melalui permintaanmu maka bebanmu sungguh berat, tetapi jika kamu diberi jabatan tanpa kau minta maka kamu akan dibantu oleh orang banyak. ( hadits ini juga diriwayatkan oleh     al-Bukhari, nomor hadits 6622 )

 Penjelasan Hadis.
                Dari beberapa hadits tersebut diatas dapat dipahami bahwa  seseorang yang meminta jabatan atau ingin menjadi pemimpin dengan jalan meminta jabatan tersebut kepada seorang pejabat yang sedang berkuasa dilarang dalam syari’at agama islam. Rasulullah dengan tegas memberikan jawaban ketika terdapat seseorang yang menginginkan untuk diangkat menjadi pemimpin dengan sabdanya yang artinya : “Demi Allah sesungguhnya kami tidak akan mengangkat seseorang untuk mengurusi masalah ini atas dasar permintaannya dan tidak juga seseorang yang ambisi terhadap jabatan” Ini menunjukkan kepada kita bahwa persoalan kepemimpinan merupakan perseoalan yang sangat penting, jangan sampai seseorang menjadi pemimpin dengan jalan meminta karena seorang pemimpin yang meminta jabatan nantinya akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya di hari kiamat dengan sangat berat sekali, kecuali jika dia mempunyai kemampuan dan ingin merubah sistem kepemimpinan yang kurang baik agar menjadi baik maka diperbolehkan seperti Nabi Yusus AS. yang menjadi pemimpin karena dengan kemampuannya pada ahirnya dapat memakmurkan rakyat mesir pada waktu itu.

Metode Pembelajaran yang digunakan Rasul dalam hadis.
          Metode Pembelajaran yang digunakan oleh Rasulullah dalam hadits ini adalah dengan Metode Taghrib dan Tarhib, yaitu janji terhadap kenikmatan, kesenangan akhirat yang disertai bujukan sedangkan Tarhib adalah ancaman karena dosa yang dilakukan, yang bertujuan agar seseorang mematuhi aturan Allah dan RasulNya. Akan tetapi, tekanannya ialah targhib agar seseorang melakukan kebaikan, sedangkan tarhib agar seseorang menjauhi kejahatan. Metode ini didasarkan pada fitrah (sifat kejiwaan) manusia yaitu sifat keinginan kepada kesenangan, keselamatan dan tidak menginginkan kepedihan dan kesengsaraan.

Unsur Edukasi yang terdapat dalam hadis.
        Unsur edukasi yang terdapat dalam hadits tersebut adalah :
1.      Seorang pemimpin dalam suatu masyarakat atau suatu perkumpulan sangat penting dan dibutuhkan , namun ia bukanlah segala-galanya, sebab sebagaimana diketahui bahwa perjalanan suatu masyarakat atau aktifitas dapat baik bukan semata-mata karena pemimpinnya.
2.      Seseorang pemimpin yang dalam memperoleh jabatan dengan cara meminta jabatan atau yang sejenisnya, maka dalam perjalanan kepemimpinannya tidak akan baik,  karena pada umumnya kepemimpinan model tersebut sesungguhnya dia tidak mempunyai kemampuan untuk memimpin , dia hanya memperturutkan ambisi keinginannya saja tanpa pertimbangan yang lain.
3.      Seorang Pemimpin yang ambisius dalam memperoleh jabatan pada umumnya tidak pernah memikirkan orang yang dipimpinnya karena dia hanya mementingkan diri dan kelompoknya, oleh karena itu jauhilah cara-cara untuk mendapatkan kepemimpinan yang tidak benar karena nanti pada hari akherat seluruh aktifitasnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt..
4.      Kepemimpinan dalam islam erat dengan pelaksanaan dakwah dan upaya merealisasikan hukum-hukum Allah di muka bumi. Barang siapa yang gagal menyempurnakan hak Allah, maka ia akan mendapatkan kesengsaraan dan penyesalan pada hari kiamat, dan kedudukan seorang pemimpin bagi masyarakat adalah layaknya seorang ayah bagi anaknya dalam kaitan ikatan hati atau sebagai guru dalam kaitan mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada muridnya..


Kesimpulan .
           Dari uraian  diatas kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Rasulullah Saw. melarang  seseorang untuk meminta jabatan untuk menjadi    seorang pemimpin di dalam suatu perkumpulan atau ditengah-tengah masyarakat karena orang yang meminta-minta jabatan pada umumnya tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
2.      Keberadaan seorang  pemimpin yang dalam memperoleh jabatan dengan cara meminta jabatan atau yang sejenisnya, maka dalam perjalanan kepemimpinannya tidak akan baik,  karena pada umumnya kepemimpinan model tersebut sesungguhnya hanya memperturutkan ambisi keinginannya saja tanpa pertimbangan yang lain sehingga mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.
       c. Seorang Pemimpin yang ambisius dalam memperoleh jabatan pada umumnya tidak pernah memikirkan orang yang dipimpinnya karena dia hanya mementingkan diri dan kelompoknya, oleh karena itu jauhilah cara-cara untuk mendapatkan kepemimpinan yang tidak benar karena nanti pada hari akherat seluruh aktifitasnya akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt
      d.  Kepemimpinan dalam Islam erat kaitannya dengan pelaksanaan dakwah dan upaya merealisasikan hukum-hukum Allah di muka bumi, maka barang siapa yang gagal menyempurnakan hak Allah, maka ia akan mendapatkan kesengsaraan dan penyesalan pada hari kiamat . 
Referensi   :
1. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam
2. Imam al-Mundziri, Muhtashor Shahih Muslim
3. Shahih Muslim, Kitab An-Nahyu ‘an Talabi al-Imarah wal al-Hardshu alaiha

INDAHNYA KEHIDUPAN DUNIA

Sesuai dengan fitrahnya manusia menginginkan adanya suatu keindahan dan mencintai akan keindahan. Allah swt adalah Dzat yang Maha Indah, menyukai keindahan, Rasulullah saw. adalah orang yang paling sempurna yang sangat mencintai keindahan, Beliau harus kita jadikan sebagai idola dalam kehidupan sehingga kita dapat mewujudkan keindahan itu di tengah-tengah masyarakat. Dalam hubungan ini kiranya ada baiknya kita dengar dan kita kaji sabda Beliau tentang gambaran keindahan kehidupan dunia yang  digambarkan oleh-Nya :

الدنيا بستان  تزينت بخمسة  اشياء  علم العلماء وعدل الامراء و عبادة العباد و امانة التجار و نصيحة المحترفين   
Artinya  :
“Dunia ini ibaratnya  sebuah taman, yang dihiasi dengan lima hiasan kehidupan , yaitu
Ilmunya 'ulama , adilnya para pemimpin , ibadahnya umat manusia sebagai hamba Allah, amanahnya para pedagang , dan disiplinnya para karyawan”.

1. ILMUNYA PARA ULAMA

Ulama adalah  kata  bentuk jama' dari asal kata 'alim yang secara bahasa berarti “tahu atau yang mempunyai pengetahuan”. Dalam al-qur'an dapat kita temukan kata 'ulama dalam dua tempat yaitu pada Surah al-Fathir ayat 28 dan Surah as-Syu'ara : 197. Dari dua ayat tersebut kita dapat memahami, bahwa 'Ulama adalah seorang yang memiliki ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum, pengetahuan yang dimilikinya itu dipergunakan untuk mengantarkannya pada rasa khasy yah (takut) kepada Allah Swt.  Rasulullah Saw. Bersabda dalam sebuah hadits yang artinya "ulama adalah pewaris para Nabi".  Seorang ulama  yang  menjadi pewaris nabi adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mengajak manusia dari ragu kepada yakin.
2. Mengajak manusia dari perpecahan kepada persatuan .
3. Mengajak manusia dari serakah kepada zuhud .
4. Mengajak manusia dari riya' kepada ikhlas .
5.Mengajak manusia dari sombong kepada tawaddu' ( rendah hati ) .

Ulama mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk meneruskan ajaran  Nabi Saw kepada umat manusia melalui tazkiyah, yaitu mensucikan akhlaq dan jiwa mereka dari syirik, riya, khianat, sombong, hasad, dan sebagainya, dan tazkiyah ini tidak akan sempurna tanpa adanya tarbiyah, yaitu pendidikan yang istimrariyah (berkelanjutan).  Keduanya akan dapat tercapai dengan melalui ta'limul al-Qur'an dan as-Sunnah, dan ta'lim ini tidak akan sempurna tanpa adanya tashfiyah yaitu membersihkan islam dari ajaran yang mengotori islam. Kedua tugas berat tersebut  diemban oleh ulama yang kehadiran mereka sangat didambakan, untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus sesuai dengan petunjuk al-Qur'an dan as-Sunnah. Ulama yang seperti inilah  senantiasa akan selalu beristiqomah (tetap konsisten), mendahulukan taqwa dari pada kepentingan dan kesenangan dunia.
Para ulama yang seperti ini oleh  Rasulullah disebut dalam sabdanya :

لا تزال طائفة من امتي قائمة بامر الله  لا يضرهم من خذلهم او خالفهم حتى ياتي امرالله وهم ظاهرين على الناس    
"Akan senantiasa ada, segolongan dari umatku orang yang istiqomah menjalankan perintah Allah swt, mereka tidak takut terhadap celaan orang-orang yang merendahkan dan menentang mereka, hingga datang keputusan Allah swt .dan mereka lebih unggul dari yang lainnya " HR.Muslim
          Menurut Nashiruddin al-Bani, bahwa tugas yang diemban ulama adalah berat namun sangat mulia dan tinggi dalam pandangan Allah swt, karena ulama yang tafaqquh fid din akan selalu bersungguh-sungguh dalam meraih izzah atau kejayaan dan tegaknya syariat Allah dimuka bumi .
Seorang ulama  dapat merealisasikan ditengah  kehidupan ini dengan cara :
1.Mengembalikan syariat islam kepada sumber aslinya, sehingga benar-benar bersih dari unsur-unsur luar yang menyusup kedalam, seperti zaman pertama dahulu, pada masa Rasulullah saw. dan para sahabat.
2.Upaya Tashfiyah tersebut harus dibarengi dengan tarbiyah yang terus-menerus dengan tidak mengenal lelah, ilmu yang telah dibersihkan tersebut, ditarbiyahkan kepada kaum muslimin, sehingga mereka memahami dinul Islam, dengan pemahaman  sebagaimana yang dipahami para sahabat Rasul saw., kemudian mengamalkan pada semua sisi kehidupan, maka pada saat  itulah  kaum muslimin, dapat bergembira merasakan kemenangan dan pertolongan yang datangnya dari Allah swt.
            Begitu tinggi dan agungnya kedudukan ulama, maka sudah seharusnya kita sami'na wa atha'na (kami taat dan mendengar seruan mereka) terhadap seruan mereka, karena akan memberikan sentuhan-sentuhan rohani dalam jiwa kita, sehingga hidupnya hati dan ruh kita di tengah-tengah pergumulan kema'siatan yang semakin dahsyat  pada masa  sekarang ini.

2.ADILNYA PARA PEMIMPIN.
            Pemimpin adalah orang yang mendapatkan amanah untuk mengemban tugas kepemimpinan, seorang pemimpin berarti pula seorang yang telah mengambil amanah tentang tugas dan kewajiban seseorang ,yang pada saat kepemimpinan atau akhir masa tugasnya, akan mempertanggungjawabkan amanah itu baik kepada sesama manusia atau kepada Allah swt.
            Dalam hal ini Rasulullah saw. pernah suatu saat didatangi seorang sahabat yang bernama Abudzar al Ghifari . Sahabat tersebut menyampaikan  keinginannya untuk menjadi seorang pemimpin, Rasulullah saw, tidak langsung memberinya jabatan kepemimpinan, tetapi Rasulullah saw. memberikan nasehat kepadanya, : Wahai Abudzar, engkau orang yang lemah dan engkau tidak akan mampu untuk mengemban amanah ini, karena amanah ini harus engkau pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Rasulullah saw bersabda dalam haditsnya :
كلكم  راع وكلكم مسؤل عن رعيته                                                                                                          
"Kamu sekalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian".

            Berdasarkan hadits diatas dapat difahami bahwa seorang pemimpin akan mengemban amanah yang sangat berat, karena itu harus mempunyai sifat-sifat yang terpuji seperti sidiq, amanah, tabligh, fathonah dan sifat-sifat lain seperti kemampuan, wawasan, kelapangan dalam mengatasi setiap persoalan yang muncul atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan istilah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
            Jika sifat-sifat tersebut dimilikinya, maka ia akan mampu berbuat adil ditengah-tengah masyarakat dan seorang pemimpin yang adil nanti di yaumil qiyamah akan mendapatkan naungan dan perlindungan dari Allah swt. dalam jajaran tujuh golongan yang akan mendapat naungan dan perlindungan dari-Nya.
            Dari Abu Hurairah ra. Nabi bersabda yang artinya " Allah swt akan memberikan naungan kepada tujuh jenis orang pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan ketika itu kecuali naungan Allah :
1.      Imam ( pemimpin , kepala pemerintahan ) yang adil
2.      Pemuda yang terdidik/ terlatih sejak kecil beribadah kepada Allah.
3.      Seseorang yang hatinya tergantung di Masjid.
4.      Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah.
5.      Seorang laki-laki yang dirayu untuk berbuat mesum oleh wanita bangsawan yang cantik, lantas ia menolak dengan berkata halus, aku takut kepada Allah .
6.      Seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan tangan kanannya.
7.      Seorang yang mengingat Allah di waktu sunyi, lantas mengeluarkan air mata. (HR.Bukhari.367).

            Baik atau buruknya kinerja seorang pemimpin tergantung bagaimana hubungan pemimpin itu dengan ulama, jika keduanya baik, maka akan baiklah seluruh manusia, namun manakala tidak baik, maka akan rusaklah semua manusia.

            Ada sebuah kisah yang menarik dari seorang pemimpin yang bernama Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berusaha untuk berbuat adil dan beristiqamah/ konsisten. Setiap malam Umar bin Abdul Aziz menghadirkan beberapa ulama untuk diminta nasehatnya atau meluruskan aktifitasnya sebagai kepala Negara dalam memipin negara. Pada suatu malam, salah seorang ulama datang dengan membawa kain kafan dan meletakkannya di sudut ruangan. Seperti biasa sang kepala negara  memperhatikan semua kritik dan saran penasehatnya. Ulama si pembawa kain kafan tadi menyampaikan kehadapan kepala negara " Tuan, di sudut ruangan sebelah sana, tersedia kain kafan, mungkin malam ini atau besok, mungkin minggu depan , bulan depan dan mungkin tahun depan, atau kapan saja, tuan pasti akan memakai kain kafan itu. Oleh sebab itu, kalau Tuan ingin menghadap Allah Swt. dengan bersih , hendaklah Tuan setiap hari, setiap jam dan setiap saat, jangan mengotori diri Tuan, seperti kain kafan tersebut bersih adanya.
Ternyata nasehat ini sangat luar biasa, Subhaanallah, sewaktu akan menghadap Allah Swt., Umar bin Abdul Aziz sang pemimpin, tidak terbebani oleh kekeliruan dan kesalahan, sehingga ketika beliau menghadap Allah Swt. betul-betul dalam keadaan bersih tanpa suatu dosa dan kesalahan sebagaimana bersihnya kain kafan yang terletak di sudut ruangan sebelah sana, Insya allah

3.IBADAHNYA UMAT MANUSIA..
            Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan tujuan agar ia mau mengabdikan diri kepada Allah swt, hal ini disebutkan dalam al-qur'an surat adz-Dzariyat : 56 "Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk menyembah-Ku "
Peribadatan yang diperintahkan kepada manusia tidak dapat ditawar-tawar lagi dan ini merupakan keharusan yang mutlak adanya serta dilaksanakan dengan ikhlas. Allah swt. menyebutkan dalam berbagai surat dan ayat diantaranya :”Dan tidaklah mereka diperintah untuk menyembah Allah Swt melainkan dengan ikhlas” QS.al-Bayinah : 5          .
4.AMANAHNYA PARA PEDAGANG.
            Di dunia ini, bisnis atau perdagangan merupakan aktifitas perekonomian yang menunjukkan maju atau tidaknya ekonomi suatu bangsa, sebagai ukuran adalah penjualan omset perdagangannya. Seorang pedagang yang jujur, amanah dan siddiq telah Allah persiapkan baginya tempat yang mulia nanti di hari akhirat. Rasulullah saw bersabda :
“Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya tempatnya beserta para syuhada dan orang-orang sholeh, namun manakala ia tidak jujur dalam takaran dan timbangan maupun harga, maka Allah menyediakan baginya ancaman yang keras bahwa ia akan dimasukkan kedalam neraka” .

5.DISIPLINNYA PARA KARYAWAN.
            Karyawan atau pegawai  adalah orang yang bekerja kepada orang lain atau badan /lembaga pemerintah atau swasta dengan menerima imbalan/upah/gaji/honor. Jika para  karyawan atau pegawai tersebut bekerja dengan baik dan disiplin, melaksanakan peraturan yang berlaku, maka insya Allah negara kita akan menjadi negara yang maju, aman dan tenteram, semua masyarakat menginginkan negara kita, menjadi negara yang maju, gemah ripah toto tentrem kerto raharjo, untuk itu marilah kelima hiasan dunia itu kita penuhi .
-    Yang kebetulan sebagai ulama dan kaum cendekiawan, jadilah ulama dan cendekiawan yang menerangi dan memimpin umat dengan baik.
-    Yang kebetulan menjadi umara, jadilah umara yang dapat menegakkan keadilan diberbagai bidang.
      - Yang kebetulan jadi pedagang, jadilah pedagang yang amanah.      
-Yang kebetulan menjadi karyawan, jadilah karyawan yang taat pada         peraturan. Dan karena kita semua sebagai hamba Allah Swt, maka jadilah hamba yang taat dalam beribadah kepada-Nya, amiin.